Curug Sabuk merupakan salah satu objek wisata alam di Kabupaten Sumedang yang bisa dibilang masih jarang dikunjungi. Bagi
yang ingin mengunjungi curug ini, lebih baik menyewa guide dari
penduduk lokal, dikarenakan lokasinya yang berada di dalam hutan.
Curug ini memiliki enam buah curahan air dengan ketinggian yang berbeda-beda. Curahan tertinggi mencapai sekitar 70 meter
LokasiCurug ini memiliki enam buah curahan air dengan ketinggian yang berbeda-beda. Curahan tertinggi mencapai sekitar 70 meter
Terletak disekitar Taman Buru Gunung Masigit dan kawasan Gunung Kareumbi, tepatnya di Desa Nangorak. Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.
Peta dan Koordinat GPS:
Aksesbilitas
Akses menuju lokasi curug cujup sulit dan jauh dimana harus berjalan kaki belasan kilometer, menembus belantara dan mengikuti arus balik sungai. Untuk menuju kesana dibutuhkan waktu kurang lebih 3 jam berjalan kaki dari pemukiman warga.
Keindahan alam di tatar Priangan ini memang tak akan pernah ada habisnya tuk kita kagumi dan jelajahi. Selalu saja ada objek wisata menarik yang patut kita kunjungi. Seperti sabtu yang lalu (17/12/2011), satubumikita berkesempatan mengunjungi salah satu objek Curug (air terjun), yaitu Curug Sabuk yang tepatnya berada di lereng Gunung Kareumbi, Dusun Nangorak, Desa Margamekar, Kec. Sumedang Selatan, Kab. Sumedang.
Akses menuju Curug Sabuk
Perjalanan dari Jatinagor menuju Nangorak, Sumedang memakan waktu sekitar 1,5 jam, Jalan yang tadinya lebar dan mulus berganti menjadi jalan perkampungan sempit dan menanjak. Sesampainya di daerah Nangorak, perjalanan dilanjut dengan berjalan kaki untuk menuju Curug dengan jarak sekitar 4 km dan waktu tempuh kurang lebih 3 jam-an. Hamparan sawah luas dengan latar bukit-bukit serta langit yang cerah menyapa kedatangan kami di sana. Trek pertama yang harus kami lalui adalah jalan setapak di sisi sungai hingga kemudian memasuki hutan yang cukup rapat dengan jalan yang semakin menanjak.
Udara segar dan suara binatang penghuni hutan seperti burung, katak dan monyet menemani perjalanan kami. Hutan yang cukup terjaga dan jarang dirambah oleh warga mungkin cukup berpengaruh pada debit air serta kejernihan/kebersihan air sungai yang kami lewati. Pohon-pohon besar dan tinggi masih kami dapat temui di sana, pohon-pohon bambu yang sepertinya tidak pernah ditebang pun menjulang tinggi dengan ukuran yang besar dan berlumut tanda tak pernah dijamah. Selain itu terdapat pula beberapa pohon seperti pohon jengkol dan pohon hutan lainnya yang berbuah lebat di kawasan hutan tropis di sana.
Curug Sabuk
Semakin masuk ke dalam hutan, jalan yang kami lalui semakin beragam, dari tanjakan, turunan, melipir punggungan bukit hingga melewati aliran sungai. Setelah perjalanan yang cukup jauh dan tentunya membuat berkeringat, Alhamdulillah, akhirnya kami pun sampai di objek yang menjadi tujuan kami, yaitu Curug Sabuk. Di kawasan Curug sabuk tersebut terdapat sekitar 4 buah Curug yang indah, 2 Curug berukuran kecil dan 2 lainnya berukuran cukup besar dan jatuhan airnya yang cukup tinggi. 2 curug besar yang jaraknya berdekatan seperti Curug kembar. Air yang mengalir dari atas Curug bisa dikatakan bersih dan jernih (mungkin langsung dari mata air) serta dingin dan menyegarkan. Rasanya sudah tak sabar tuk merasakan segarnya jatuhan air dari curug tersebut.
Untuk penamaan Curug Sabuk sendiri, menurut beberapa sumber yang penulis satubumikita baca diambil dari salah satu Curug yang menyerupai "Sabuk" (ikat pinggang), tapi pertanyaan penulis kenapa tidak dinamai saja "Curug Beubeur" (beubeur dalam bahasa sunda berarti sabuk). Ada pula pendapat seorang teman yang menurutnya kalau penamaan "Curug Sabuk" diambil dari jalan menuju Curug yang panjang dan melingkar seperti sabuk (ikat pinggang). Wallohualam.
Rasa lelah sepanjang perjalanan pun cukup terbayar dengan pemandangan yang indah terhadir di depan mata. Suara jatuhan air dengan situasi hutan yang tenang dan damai menambah indah suasana. Curug yang bisa dikatakan masih cukup alami ini memang mungkin jarang dikunjungi, terbukti dengan bersihnya kawasan curug dari sampah bekas makanan kemasan. Bisa jadi akses serta informasi yang kurang mengenai Curug sabuk menjadi Curug ini jarang dikunjungi, tapi lebih baik seperti itu, keaslian serta keasrian lingkungan sekitar dapat lebih terjaga karena jarangnya manusia yang berkunjung dan mengindarkan dari oknum serta tangan jahil yang suka mengotori/merusak objek-objek wisata alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar